Perjalanan Peti Mati Mencari Tuannya

Perjalanan Peti Mati Mencari Tuannya

Dikutip dari InfoSurabaya.com Performing Art para Seniman Surabaya yang akan di adakan pada hari Senin 15 Juni 2020 di Gedung Balai Pemuda Surabaya, start perform pukul 13.00 yang bertemakan Zona Hitam, Perjalanan Peti Mati Mencari tuannya didukung oleh Teater API dan Dewan Kesenian Surabaya.

Peristiwa pagebluk merupakan proses semesta berpanjang tangan dalam mengambil alih perannya melalui kehidupan yang lain. Alam sejenak “beristirahat” untuk melangsungkan kembali ritual pembersihan lingkungan yang telah menjadi satu kesatuan proses perbaikan dirinya.

Ini bukanlah jargon semata ataupun gerakan basa-basi, karena saat ini semesta sejenak diambil alih oleh-Nya yang punya hajat.

Perjalanan Peti Mati Mencari Tuannya

Ruang kesadaran atas kematian seketika hadir di setiap relung hati dan pikiran, setiap kepala manusia: dari yang kaya sampai yang melarat, berperan sebagai pasien atau dokternya, dari yang jujur sampai yang korup sekalipun.

Kali ini Tuhan sedang tidak bermain-main, memilih-milih, atau mengajak kita bercanda. Kematian sesungguhnya telah di pelupuk mata dan terus-menerus mencari pemiliknya.

Perjalanan Peti Mati Mencari Tuannya
Perjalanan Peti Mati Mencari Tuannya

Sayangnya kita terlalu budek dan dablek di saat media gencar menyiarkan jumlah korban terpapar. Kita acuh karena mereka yang tiada adalah orang yang sama sekali tak kita kenal riwayat atau seluk beluknya.

Performing Art Seniman Surabaya

Namun, bila ajal sudah berhasil menjemput orang-orang terdekat yang kita miliki – kita baru mulai sadar, berpikir dan merasakan kedahsyatan makhluk Tuhan bernama lengkap Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 ini.

Sisi lain masa pandemi ini adalah perubahan ruang kreativitas yang nyatanya semakin tergerus di pinggir. “Apakah seniman memang harus berimigrasi ke dunia daring?” Sebenarnya, toh selama ini kita telah merasakan habitat kreativitas telah lama dirusak – jauh sebelum pandemi datang melanda.

Mirisnya, kondisi ini menjadi bidak catur yang bebas dimainkan oleh banyak pihak bersifat politis di tengah ketakutan kita akan kematian. Mereka berjoget bahagia bak petani ‘panen’ mayit-mayit segar, mendustakan kebenaran akan kematian.

Selamet Gaprax seniman surabaya didukung teater API dan Dewan Kesenian Surabaya

Kita bisa bayangkan: berapa banyak yang sakit hati, mengumpat dan menyumpah difitnah hanya bualan padahal mempertaruhkan hidupnya berjaga di garda terdepan.

Inilah waktu bagi kita untuk menyadari nilai-nilai kemanusian, memberangus orang-orang yang mengambil keuntungan bahkan kegilaan mencari panggung di tengah kondisi yang ironi, peristiwa yang bagi kita adalah tragedi, namun baginya menjadi sebuah adegan komedi terbaik.

Dunia teralihkan dari yang NYATA menuju yang MAYA, manusia tersentak pada penjara sosial. Hampir seluruh aspek kehidupan dengan tatanan lama dipaksa berubah untuk menyesuaikan diri, memaksa kita mau tak mau harus nyaman dalam ketidaknyamanan hari ini.

Dunia beralih membawa kebudayaan yang baru: budaya yang seolah-olah “normal” meskipun pada kenyataannya abnormal. Seperti tidak terjadi apa-apa, padahal terseok di sana-sini. Sebenarnya ke manakah arah kehidupan dalam kebudayaan baru yang kita alami – apakah kita sudah cukup yakin dan bersiap diri untuk menghadapinya?